foto: dua orang peserta gulat Okol
beradu tangkas menjatuhkan
lawan di desa Plakpak
Pamekasan, Kanalmadura- Desa PlakPak Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan menyelenggarakn Gulat Tradisional Khas Pamekasan Madura yang disebut Okol oleh masyarakat setempat, Okol ini diselenggrakan dilapangan terbuka di Desa Plakpak tepatnya di Dusun Bunut pada Jum'at (25/10/2019)
Okol merupakan salah satu tradisi di Kabupaten Pamekasan Madura yang diselenggarakan setiap tahun pada musim kemarau atau setelah usai panin tembakau, Okol merupakan tradisi turun temurun yang selalu diadakan oleh masyarakat di Desa Plakpak dan menjadi hiburan yang selalu ditunggu oleh masyarakat.
(BACA JUGA:Peringati Hari Santri Nasional, Ribuan Santri Pamekasan Gelar Kirab.)
Menurut ketua penyelenggara Okol Bapak Ustadi, Gulat Tradisional yang disebut Okol ini sudah ada sebulum dia lahir. "Okol ini merupakan gulat tradisional yang sudah turun temurun oleh nenek moyang, dan setiap tahun masyarakat Desa Plakpak pasti mengadakan Okol ini" Jelasnya.
Acara Okol ini diikuti oleh 108 peserta, "Peserta okol ini yang sudah mendapatkan hadiah baik yang menang atau yang berjumlah 108 peserta, dan setiap peserta tidak dipungut uang pendaftaran untuk hadiah kami sebagai penyelenggara yang menyiapkan, hadiah untuk pemenang berupa sarung atau kaos sedangkan untuk yang kalah berupa rokok, dan untuk peserta yang dinyatakan druw kami hanya memberi hadiah air mineral perorang satu botol" tambah Ustadi
"Dan perlu kami klarifikasi masalah tradisi Okol ini, kalau tahun lalu sempat beredar isu bahkan sempat dilarang oleh para Kiyai setempat karena beredarnya isu kalau Okol ini merupakan acara spritual memanggil hujan, itu semua tidak benar karena yang sebenarnya Okol ini kami sebut acra Ngambha' Ojhen (menunggu hujan), kenapa masyarakat memberi istilah menunggu hujan karena acara Okol ini selalu diadakan pada musim kemarau setelah panin tembakau, jadi sekali lagi kami tegaskan bahwa tradisi Okol bukan sebuat tradisi memanggil hujan tapi hanya acara hiburan masyarakat yang diberi istilah menunggu hujan." Tegas Ustadi *[Mh. Arf]